Saya adalah seorang ayah dari 2 orang anak. Isteriku bekerja sebagai pengarah di sebuah syarikat swasta. Kehidupan rumah tanggaku harmoni dan bahagia, kehidupan seks-ku dngan isteriku tidak ada masalah sama sekali. Kami memiliki seorang pembantu, Tini namanya, berumur kurang lebih 21 tahun, belum kawin dan masih segar karena kami dapatkan terus dari kampungnya.
Wajahnya biasa saja, kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, punggung pada, tinggi kira-kira 158 cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dngan bentuk tubuhnya, tetek nya jugak tidak besar.
Cerita ini bermula ketika saya pulang dari kerja kira-kira pukul 3 petang, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 7 petang. Anak-anakku biasanya pulang dngan ibunya pukul 6 petang, dari rumah neneknya.
Seperti biasanya, saya terus menukar seluarku dngan kain pelikat kegemaranku yang tipis tapi jarang, tanpa seluar dalam. Pada saat saya keluar bilik, nampak Tini sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar teh limau ais.
Pada saat dia memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana saya duduk sambil membaca paper, gelas terlempar ke tempatku, dan dia tersembam tepat di pangkuanku, kepalanya mencium keras batang zakar ku yang hanya bersarung tipis.
Spontan saya mengaduh kesakitan dngan badan yang sudah basah kuyup tersiram teh limau ais, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf tidak henti-hentinya. Mulanya saya marah, namun melihat wajahnya yang sayu saya jadi kasihan, sambil saya memegang batang zakar ku saya berkata, “Sudahlah tidak apa-apa, cuman benda jadi sengal”, sambil menunjuk ke batang zakar ku.
“Tini bagaimana Pak? ” tanyanya. saya berdiri hendak mengganti kain pelikat, menyahut sambil tegas, “Ini mesti diurut nih! “. “Ya, Pak nanti saya urut, tapi Tini berkemas ini dulu Pak! ” jawabnya.
saya terus masuk bilik, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Tini urut. “.
saya langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dngan batang zakar ku yang masih lembik. Tini menghampiri tepi tempat tidur dan duduk. “Pak, nak pakai apa Pak? ” tanyanya.
“Pakai tangan aja, tak boleh panas! ”
jawabku. Lalu dia meraih batang zakar ku perlahan-lahan,
sekonyong-konyong batang zakar ku bergerak tegang ketika dia
menggenggamnya. “Pak, kok jadi besar? ” tanyanya kaget.
“Wah itu bengkaknya mesti cepat-cepat diurut. Gunakan air liurmu supaya tidak kesat”, kataku sedikit tegang. dngan tenang wajahnya mendekati batang zakar ku, diambilnya ludah dari mulutnya dan mengelapkan di batang zakar ku.
“Ah. kurang banyak”, bisikku bernafsu. Kemudian kuangkat kote ku, sampai kepala kote ku menyentuh bibirnya, “Masukkan saja ke mulutmu, tidak susah nak urut nanti, dan cepat hilang bengkak! ” , perintahku seenaknya.
Perlahan dia memasukkan batang zakar ku ke dalam mulutnya, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya batang zakar ku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dngan irama dan tusukanku.
saya merasa nikmat sekali. “Akh. uh. uh. hah. ” Kulumannya semakin nikmat, ketika saya mau keluar saya bilang kepadanya, “Tini nanti kalau saya keluar, jangan dimuntahkan ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku.
“Hepp. ehm. hpp”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun. Akhirnya kulepaskan semua sperma ku. “Akh. akh. akh. Tini. Tini. enakh. ” Pada saat saya menyemprotkan sperma ku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya saya saja yang membimbing dan menahan kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya.
Setelah saya lemas baru dia melepaskan
kulumannya, “Udah Pak? , apa masih sakit Pak? ” tanyanya, dngan wajah
yang merah, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat.
Cerita lucah Menyetubuhi Pembantu Saat Isteriku Tak Ada
Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu jugak saya, batang zakar ku sudah mulai berdiri lagi. Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu saya melutut di depan kemaluannya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, tidak apa-apa , saya cuma mau urut indah kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengelilingi liang cipap nya, hampir botak.
dngan ketidaksabaranku, saya langsung menjilat bibir luar burit nta, tanpa henti saya jilat, sesekali saya sodokkan lidahku ke dalam, “Akh. Pak geli. akh. akuhhfh. ” Klitorisnya basah membengkak, berwarna merah jambu.
saya hisap, hanya kira-kira 5 menit kulumat liang burit nta, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dngan pahanya serta matanya terpejam. “Akh. akh. uah. ” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang burit nya yang terus kujilati sampai bersih.
“Bagaimana Tini, enak? ” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, kalau kamu sudah tahu enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut! “.
Kuhampiri bibirnya, kulumat, dan dia mulai memberikan reaksi, kuraba tetek nya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, batang zakar ku sudah tegang.
Kemudian kuraba liang burit nya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan batang zakar ku ke dalam liang burit nya, dia berteriak kecil, “Aauu. sakit Pak! “.
Lalu dngan perlahan kutusukkan lagi,
sempit memang, “Akhh. uuf sakit Pak. “. Melihat wajahnya yang hanya
meringis dngan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini
tidak lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan
dihiraukan sangat. ” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan batang zakar
ku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat batang zakar ku terbenam
di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi
saya sudah tidak memikirkannya lagi, saya mulai mengayunkan semua
nafsuku untuk si Tini.
Hanya sekitar 5 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu saya merasakan denyutan di dalam liang burit nya, kehangatan cairan liang cipap nya dan erangan kecil dari bibirnya.
saya tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan burit nya, seolah membantu batang zakar ku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menyepit pinggangku, burit nya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang, “Pak. Pak terus. Pak. Tini.. Tini. dapet enakhh Pak. ahh. ” mendengar erangan seperti itu saya makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.
“Tini. akh. akh. akh. ” kusemprotkan semua maniku dalam liang cipap nya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. saya lemas, dia pun lemas. “Tini saya nikmat sekali, habis ini kamu mandi, terus bersihkan tempat tidur ini ya! ” , suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan.
Saat ini Tini masih bekerja di rumahku, setiap dua hari menjelang period, saya pulang lebih awal untuk berhubungan dngan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, batang zakar ku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.“Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali. Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak. kalo pulang siang gini telpon dulu ya Pak, biar Tini bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ia berlalu keluar kamar, saya masih tertegun dngan kata-katanya tadi, sambil menoleh ke cadar yang terdapat kesan darah perawan Tini.
hi , girl jum videocall , chat share2 something ke
add wechat : senzomaka92
add skype : mad.senzo
jum
Horny